Makan sesuai musim bukan hanya tren kesehatan; ini adalah praktik yang memiliki makna budaya dan warisan kuliner yang mendalam. Di seluruh dunia, berbagai wilayah merayakan kedatangan bahan musiman dengan hidangan dan tradisi yang unik. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai budaya untuk menemukan bagaimana makan musiman membentuk cita rasa, mempererat komunitas, dan melestarikan tradisi.
Makan musiman berfokus pada ide mengonsumsi makanan yang berada pada puncak kesegaran dan cita rasanya selama waktu tertentu dalam setahun. Praktik ini tidak hanya mendukung pertanian lokal tetapi juga menghubungkan kita dengan irama alam bumi. Di banyak budaya, kedatangan bahan musiman menandai waktu untuk perayaan, refleksi, dan kebersamaan.
Di Jepang, kedatangan musim semi dirayakan dengan Hanami, festival bunga sakura. Keluarga berkumpul di bawah pohon yang mekar untuk menikmati piknik yang menampilkan makanan musiman seperti sakura mochi (kue beras manis dibungkus daun sakura) dan tunas bambu, yang lembut dan penuh cita rasa di musim semi. Orang Jepang menekankan keindahan penyajian makanan musiman, menjadikan setiap hidangan sebuah pesta visual.
Musim panas di Italia membawa kekayaan hasil segar, dari tomat yang matang matahari hingga basil harum dan bunga zucchini. Hidangan tradisional seperti salad Caprese menonjolkan bahan-bahan ini, merayakan kesederhanaan dan energi musim ini.