Italia, tanah yang terkenal akan seni, sejarah, dan lanskapnya yang menakjubkan, sama terkenal dengan kekayaan ragam keju kuliner. Di antara harta karun terbaik dari masakan Italia adalah keju-kejunya—koleksi yang beragam dan penuh cita rasa yang memiliki makna budaya mendalam. Dari perbukitan Tuscany yang bergelombang hingga desa-desa pantai di Sisilia, setiap daerah memiliki keju uniknya sendiri, masing-masing dengan cerita yang menunggu untuk diceritakan.
Keju di Italia bukan sekadar makanan; ini adalah simbol budaya yang terjalin dengan kehidupan sehari-hari. Bayangkan berjalan melalui pasar yang ramai di Florence, udara dipenuhi aroma Parmigiano-Reggiano yang matang bercampur dengan basil segar dan tomat matang. Di sini, keju dihormati, dirayakan, dan dibagikan—simbol komunitas dan tradisi.
Secara historis, pembuatan keju di Italia telah ada selama ribuan tahun. Bangsa Romawi kuno menyukai keju, dengan referensi ditemukan dalam teks Virgil dan Pliny the Elder. Saat ini, Italia memiliki lebih dari 400 jenis keju berbeda, masing-masing dengan karakter unik yang dipengaruhi oleh geografis, iklim, dan praktik pertanian lokal.
Mari kita mulai perjalanan untuk menemukan beberapa keju paling ikonik yang mendefinisikan warisan kuliner Italia.
Sering disebut sebagai “Raja Keju,” Parmigiano-Reggiano adalah keju keras dan berbutir yang berasal dari wilayah Emilia-Romagna. Dengan rasa kacang dan tekstur kristal, tidak heran keju ini menjadi bahan pokok di dapur Italia dan bahan favorit di seluruh dunia.
Proses produksi Parmigiano-Reggiano adalah proses yang teliti. Terbuat dari susu sapi mentah, melalui proses pematangan yang lambat, biasanya berlangsung antara 12 hingga 36 bulan. Setiap roda keju diperiksa dengan cermat, dan hanya yang memenuhi standar kualitas ketat yang diberi cap khas Parmigiano-Reggiano.
Pengalaman Pribadi: Saya ingat pertama kali mencicipi Parmigiano-Reggiano yang baru diparut di atas semangkuk pasta yang mengepul. Keju meleleh ke dalam saus, menciptakan rasa kaya umami yang menyelimuti setiap gigitan. Itu adalah momen kebangkitan kuliner—pengantar akan kedalaman dan kompleksitas yang bisa dibawa keju ke dalam sebuah hidangan.
Berasal dari dataran penuh matahari di Campania, Mozzarella di Bufala adalah keju segar yang dibuat dari susu kerbau air. Dikenal karena teksturnya yang lembut dan rasa halus, keju ini paling enak dinikmati segar, sering dipadukan dengan tomat matang dan basil harum dalam salad Caprese klasik.
Keindahan Mozzarella di Bufala terletak pada proses produksinya. Pembuat keju—yang disebut “mozzatori”—dengan mahir meregangkan dan menguleni dadih, menciptakan tekstur lembut dan elastis yang mendefinisikan keju ini. Saat Anda menggigit bola mozzarella segar, bagian dalam yang krimi meledak keluar, sensasi yang tidak kalah indah.
Pecorino Romano, keju keras dan asin yang terbuat dari susu domba, telah menjadi bagian dari masakan Romawi selama berabad-abad. Profil rasa yang kuat menjadikannya keju parutan yang sempurna, sering digunakan dalam hidangan pasta seperti Cacio e Pepe dan Pasta alla Gricia.
Dengan rasa tajam dan asam, Pecorino Romano menambahkan sentuhan menggoda ke setiap hidangan. Proses pematangannya yang tradisional dapat berlangsung dari lima bulan hingga lebih dari satu tahun. Setiap gigitan membawa Anda ke jalan-jalan kuno di Roma, tempat keju ini telah dinikmati selama beberapa generasi.
Gorgonzola, salah satu keju biru tertua di dunia, berasal dari wilayah utara Italia. Keju ini dikenal karena urat biru khas dan rasa yang kuat dan pedas. Gorgonzola bisa lembut atau rapuh, tergantung pada proses pematangannya, dan cocok dipadukan dengan ara, madu, dan anggur merah.
Tip Kuliner: Teteskan sedikit madu di atas sepotong Gorgonzola dan sajikan di atas piring keju. Kontras antara madu manis dan keju tajam adalah pengalaman yang memanjakan lidah.
Wilayah yang beragam di Italia adalah rumah bagi berbagai keju unik. Setiap daerah menampilkan bahan dan tradisi lokalnya, menghasilkan beragam rasa dan tekstur.
Di wilayah utara, keju seperti Taleggio dan Asiago mendominasi. Taleggio, dikenal karena kulitnya yang dibersihkan dan rasa asam lembut, adalah keju yang cocok untuk meleleh, ideal untuk risotto dan polenta. Asiago, di sisi lain, adalah keju semi keras yang dapat dinikmati muda maupun matang, menawarkan fleksibilitas dalam memasak dan papan keju.
Bergerak ke selatan, kita menemui Ricotta, keju segar dan krimi yang dibuat dari whey. Ricotta adalah bahan pokok dalam banyak makanan penutup Italia, seperti Cannoli dan Cheesecake. Provolone, keju semi keras dengan rasa asap, sering menghiasi platter antipasto dan cocok dipadukan dengan daging olahan.
Budaya keju Italia tidak hanya tentang konsumsi tetapi juga perayaan. Sepanjang tahun, berbagai festival keju di seluruh negeri menampilkan keahlian regional dan seni pembuatan keju.
Salah satu festival tersebut adalah Festival Keju di Bra, yang diadakan setiap dua tahun di kota kecil Bra di Piedmont. Di sini, pecinta keju berkumpul untuk mencicipi berbagai keju, mengikuti lokakarya, dan bertemu pembuat keju. Festival ini tidak hanya merayakan keju tradisional tetapi juga mempromosikan praktik peternakan susu berkelanjutan, menjadikannya sorotan bagi warga lokal dan pengunjung.
Tidak lengkap membahas keju Italia tanpa membahas seni memadukan keju dengan anggur. Wilayah anggur yang beragam di Italia menawarkan berbagai pilihan yang dapat meningkatkan cita rasa keju.
Padanan Terbaik:-Parmigiano-Reggiano cocok dipadukan dengan Chianti robust atau Prosecco ringan.
Saat kita menutup perjalanan kita melalui dunia keju Italia, jelas bahwa keju-keju kuliner ini lebih dari sekadar bahan; mereka mencerminkan budaya dan sejarah Italia yang kaya. Setiap keju menceritakan sebuah kisah—tentang tanah tempat asalnya, orang-orang yang memproduksinya, dan tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Jadi, apakah Anda menikmati sepotong Parmigiano-Reggiano di malam yang tenang atau berbagi platter keju beraneka ragam dengan teman dan keluarga, luangkan waktu untuk menghargai kedalaman dan kekayaan yang dibawa keju Italia ke dalam pengalaman bersantap kita. Bagaimanapun, dalam dunia makanan, ini bukan hanya tentang rasa; ini tentang emosi dan koneksi yang terjalin setiap gigitan.